
Jurnalis Lingkungan Perdalam Isu Konservasi Dan Restorasi
Yayasan Konservasi Alam Timur Aceh (Yakata) bersama Forum Konservasi Leuser (FKL) menggelar Kemah Konservasi yang diikuti para jurnalis yang konsentrasi meliput isu-isu lingkungan. Kegiatan itu dipusatkan di eks Conservasi Respon Unit (CRU) Serbajadi di Bunin, Aceh Timur, 25-26 Desember 2024.
Sejumlah insan pers yang mendalami isu-isu konservasi dan restorasi antara lain Maulidin Al Fata, Romy Saputra, Muhammad Ridha, M Farhan, Maimunzir, Jamadon, Muzakir, M Ali, Hafidhah dan Hayaturrahmah.
Yakata menghadirkan sejumlah pemateri antara lain, Nur Hidayat Lubis (FKL), Zamzami Ali (Yakata), Ali (FKL), dan H Musyawir SE (Harian Waspada). Selama dua hari, kegiatan dinahkodai H Muhammad Ishak, selaku Koordinator Lapangan (Korlap).
Ketua Yakata, Zamzami Ali, kepada Waspada, Kamis (26/12) mengatakan, Kemah Konservasi yang dilaksanakan akhir tahun ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para jurnalis tentang alam dan berbagai jenis satwa liar dilindungi.
“Kegiatan ini juga untuk mendorong para jurnalis untuk mengangkat isu-isu terkait kondisi hutan Aceh yang semakin terkikis akibat ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Zamzami Ali, seraya menyebutkan, kegiatan Kemah Konservasi kali ikut dibantu Medco EP dan Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) serta Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Timur.
Zamzami Ali mengaku, pentingnya keterlibatan jurnalis dalam kemah konservasi ini untuk mengkampanyekan pentingnya menjaga hutan dan satwa liar di dalamnya.
“Wartawan sebagai penyampai informasi memiliki peran penting untuk menggambarkan kondisi hutan Aceh saat ini, khususnya di Aceh Timur yang sering ditemukan kehilangan tutupan hutan,” ungkap Zamzami Ali.
Dijelaakan, kerusakan hutan kerap menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti konflik antara satwa liar dan manusia yang sering kali menyebabkan perkampungan menjadi sasaran amukan gajah, harimau, serta satwa lainnya. Tidak hanya itu, kerusakan hutan juga meningkatkan risiko bencana longsor dan banjir yang merugikan masyarakat setempat.
“Kami berharap para jurnalis dapat terus menyoroti isu lingkungan ini, membuka mata masyarakat dan menjadi pengontrol sosial dalam menjaga kelestarian lingkungan,” kata Zamzami Ali, sembari berharap, kegiatan tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran atas pentingnya menjaga kelestarian hutan demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di Aceh Timur.
Hutan Sosial Fokus Utama
Manajer Restorasi FKL Regional 1 Aceh, Nurul Hidayat Lubis, ketika mengisi materi menjelaskan, pihaknya saat ini fokus dalam upaya restorasi lahan yang rusak agar kembali hijau dan berfungsi dengan baik. “Kita juga perlu mengembangkan konsep perhutanan sosial agar masyarakat dapat berperan aktif dalam mengelola hutan secara berkelanjutan,” ujarnya.
Perhutanan Sosial merupakan program pengelolaan hutan yang memberikan hak akses kepada masyarakat sekitar untuk memanfaatkan sumber daya hutan dengan prinsip keberlanjutan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga kelestarian hutan, dan mengurangi potensi konflik lahan.
Skema perhutanan sosial mencakup beberapa kategori, seperti Hutan Kemasyarakatan (HKM), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Kemitraan Kehutanan (KK), dan Hutan Adat (HA). Melalui skema ini, masyarakat dapat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti madu, rotan, tanaman obat, serta menerapkan praktik pertanian berkelanjutan tanpa merusak ekosistem hutan. (waspada.id)